Sabtu, 25 Februari 2012

Ternyata Kerajaan Pertama di Indonesia Adalah Kerajaan Islam

_peninggalan kerajaan salakanagara_

Salakanagara telah meruntuhkan mitos
yang selama ini dianut dalam penulisan sejarah bangsa ini
jika kerajaan pertama di Nusantara adalah
Kerajaan Hindu di Jawa Barat bernama Tarumanegara.
Dengan kata lain, kerajaan pertama di Indonesia adalah
Kerajaan 'Islam' Salakanagara,
BUKAN Kerajaan 'Hindu' Tarumanegara.
* * * * *

Di awal 1970-an, komunitas sejarawan Indonesia membahas penemuan Kitab Wangsakerta. Kitab ini merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun berdasarkan satu pertemuan para sejarawan di abad 17 M, yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Cirebon, putera dari Panembahan Girilaya. Sejumlah sejarawan menegaskan jika kitab iitu palsu, sedangkan yang lain menerima kitab tersebut. Sejarawan Sunda, Dr. Ayat Rohaedi termasuk yang menerima kitab tersebut.

Satu hal yang dianggap paling penting dimuat dalam kitab tersebut adalah informasi tentang Kerajaan Salakanagara yang telah berdiri di awal abad pertama Masehi hingga sekitar tahun 300 M, di tatar Sunda Utara, sekitar Pandeglang hingga Bekasi. Situs Salakanagara tersebar di Cihunjuran, Citaman, Pulosari, Ujung Kulon, dan juga Batu Jaya serta Babelan. Dua nama yang terakhir ini ada di Bekasi. Nyaris semuanya terdiri dari batu-batu zaman Megalitikum, termasuk kolam purba di Cihunjuran.

Pendiri Salakanagara dikenal dengan sebutan Aki Tirem Luhur Mulia, yang oleh masyarakat setempat disebut-sebut sebagai Angling Dharma. Entah, apakah Angling Dharma di Banten ini sama dengan yang di Jawa Timur atau tidak.  Wallahu’alam. Raja pertama Salakanagara adalah Dewanagara.

Sejarawan Drs. H. Ridwan Saidi dalam sebuah makalah berjudul “Tinjauan Kritis Penyebaran Islam di Jakarta: Kepercayaan Penduduk Krajan Merin Salakanagara Awal abad Masehi di Bekasi” mengkaitkan Kitab Wangsakerta dengan buku  Geographia (161 M) karya Claudius Ptolomeus yang menyebut nama  Agryppa  yang berarti perak. Ptolomeus merupakan orang Yunani yang menjabat  Gubernur  di Iskandariyah Mesir dan dikenal sebagai penulis Barat pertama yang menyinggung tentang Nusantara. Kerajaan Agryppa menurut Ptolomeus berada di bawah mata angin atau di bawah garis Khatulistiwa.

Menurut Ridwan, Agryppa dan  Salaka (bahasa Kawi) memiliki arti yang sama yakni Perak. Sebab itu Ridwan yakin jika Agryppa yang dimaksud Ptolomeus merupakan Salakanagara. Ptolomeus juga menulis tentang Barus dan beberapa tempat di Nusantara. Beda dengan sejarawan lain, Ridwan meyakini jika Dewanegara bukan orang India, walau saat itu sudah ada pedagang dari India dan Maghribi (Arab) di sana, sebab itu masyarakat setempat sudah mengenal istilah Arab seperti: alim, adat, kramat, kubur, dan sebagainya, jauh sebelum Islam datang. Saat berkunjung ke situs Salakanagara di Babelan dan Batu Jaya, Ridwan tidak menemukan ragam hias atau ornamen atau pahatan bercorak India di situs-situs bebatuan yang ada. “Saya amat terkejut, ragam hias Batu Jaya lebih mirip ornamen Timur  Tengah,” tulis Ridwan.

Temuan ini, jika dikaitkan dengan penelitian Arkeolog Inggris Robert Dick-Read yang didukung arkeolog senior dunia seperti Profesor Emeritus Sejarah Afrika sekaligus pendiri The Journal of African Studies, Dr. Roland Oliver, kian meyakinkan pandangan jika di masa purba (sebelum dan awal Masehi) para pelaut Nusantara sudah menjalin hubungan erat dengan orang-orang India dan Maghribi, bahkan hingga ke Afrika. Hal ini memperkuat Teori Mekkah, yang menyatakan Islam telah masuk di Nusantara langsung dari Arab dan di saat Rasulullah SAW masih hidup, karena antara Nusantara dengan Jazirah Arab sejak berabad sebelumnya telah terjalin suatu hubungan yang intens dan kuat.

Ridwan Saidi bahkan menyatakan jika budaya Arab, termasuk sejumlah kosakatanya, telah terlebih dahulu masuk di Nusantara sebelum kedatangan pengaruh Hindu-Budha. Salakanagara telah meruntuhkan mitos yang selama ini dianut dalam penulisan sejarah bangsa ini jika kerajaan pertama di Nusantara adalah Kerajaan Hindu di Jawa Barat bernama Tarumanegara. Dengan kata lain, kerajaan pertama di Indonesia adalah Kerajaan 'Islam' Salakanagara, BUKAN Kerajaan 'Hindu' Tarumanegara. Subhanallah...

“Pihak pemerintah, arkeolog, dan sejarawan tampaknya tidak menunjukkan minat yang berarti dengan temuan di Batu Jaya sejak awalnya. Karena tampaknya mereka terperangkap mitos jika kerajaan pertama di Jawa adalah Tarumanegara.   …jika mereka mendalami temuan di Batu Jaya,  niscaya  itu akan meruntuhkan tesis mereka selama ini tentang banyak hal. Termasuk tentang asal muasal orang Betawi. Penduduk Salakanagara bukan penganut Hindu atau Budha, kedua agama itu belum tiba di Jawa ketika masa kekuasaan Salakanagara. Penduduk Salakanagara menganut kepercayaan menghormati arwah leluhur. …sisa-sisa keyakinan yang mempercayai pengaruh arwah leluhur kini masih dapat dijumpai di komunitas Betawi di Kranggan (Pondok Gede), Bekasi”, papar Ridwan.

Kerajaan Salakanagara berakhir pada pemerintahan Dewanagara IX. Bisa jadi diakibatkan oleh konflik dengan Tarumanagara yang berada di selatannya pada sekitar abad ke 5 M.
* * * * *
Tanda Tanya besar yang kemudian muncul adalah kenapa pihak Pemerintah, arkeolog, dan sejarawan tidak minat dengan temuan di Batu Jaya, Bekasi? Apakah hanya karena terperangkap mitos yang sudah berurat akar?
anti-CoPas