Minggu, 26 Februari 2012

Imperium Majapahit Adalah Kesultanan Islam?


Mahapatih yang termasyhur dengan sumpah Palapa-nya,
Gajah Mada, kalau penulisan namanya seperti ini Gaj Ahmada,
apa yang ada dibenak Anda?
Yah, itu adalah nama yang bercirikan Islam,
dan bahkan nama Islam,
hal ini persis diyakini oleh para peneliti modern.
* * * * *


Ada kegelisahan para peneliti Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pengurus Daerah Yogyakarta. Mereka merasa resah karena ada ketidaksesuaian urut-urutan sejarah dan bukti-bukti arkeologis pada sejarah mengenai Majapahit sebagai kerajaan hindu terbesar di Asia Tenggara. Sulit memang untuk mengubah suatu pemahaman yang sudah melekat kuat di kepala manusia, apalagi hal tersebut masih berupa teka-teki yang sarat kontroversi. Jamak diketahui bahwa Majapahit adalah lambang kebesaran kerajaan Hindu. Wilayah kekuasaannya membentang di sebagian besar kawasan yang kita kenal sekarang sebagai Asia Tenggara. Tapi, apakah itu merupakan kebenaran yang hakiki? Mari kita simak fakta-fakta yang belakangan ini banyak terungkap.

Setelah Tim Kajian Kesultanan Majapahit turun ke lapangan untuk mengumpulkan bukti-bukti arkeologis dan naskah-naskah kuno yang diduga berasal dari era Majapahit, kesimpulan pun di publikasikan dalam sebuah buku "Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah yang Tersembunyi". Isinya cukup mengejutkan dan mengajak kita untuk mencerna paradigma baru demi menggapai sebuah kebenaran sejarah. Apa saja temuannya?

# Pada koin emas Majapahit yang terdapat di Museum Majapahit, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, terdapat kalimat syahadat, Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah. Logikanya adalah, koin merupakan sebuah alat pembayaran resmi sebuah kerajaan (negara). Biasanya simbol-simbol pada suatu alat pembayaran resmi memuat materi-materi yang diterima sebagai kenyataan mayoritas pada masyarakat ketika itu. Jika logika ini yang dipakai, pertanyaannya adalah bagaimana mungkin sebuah kerajaan mahabesar yang diklaim sebagai pusat politik Hindu, bisa menggunakan alat pembayaran bercirikan Islam?


Mungkin ada yang menyangkal dengan berpendapat bahwa itu adalah salah bukti bahwa ada hubungan bilateral antara Majapahit dengan orang-orang Islam. Sangkalan ini pun sangat lemah, kenapa? karena, kalau hanya berupa tulisan Arab biasa mungkin masih bisa diterima, tapi ini lebih dari sekedar tulisan Arab, tulisan Arab itu adalah kalimat tauhid yang merupakan pintu gerbang untuk masuk agama Islam.

# Pada lambang Majapahit (bisa dilihat pada logo Universitas Gajah Mada) yang berbentuk sinar matahari bersudut 8, pada bagian tengah di antara sudut-sudut tersebut tertulis kata-kata ma'rifat, shifat, asma', Adam, Muhammad, Allah, tauhid, dan dzat. Delapan kata ini sangat bernuansa Islam. Mungkinkah suatu kerajaan besar mempergunakan simbol-simbol negara dengan mempertunjukkan sesuatu yang minoritas (baca: Islam), seperti klaim sejarah lama yang mengatakan bahwa Hindu merupakan mayoritas yang dianut kerajaan dan rakyatnya ketika itu?

Perkara lambang ini pun masih penuh pro-kontra, ada dua lambang Majapahit lain yang diklaim bahwa itu yang orisinil, coba perhatikan kedua lambang tersebut di bawah ini;


Coba bandingkan kedua lambang tersebut, kalau perlu dengan lambang yang pertama (yang bercirikan Islam). Yah, kedua lambang tersebut sangat jauh berbeda, termasuk dengan lambang yang bercirikan Islam. Lalu, mana yang orisinil? Padahal, dalam sebuah negara (kerajaan) hanya punya satu lambang yang menjadi simbol dan tanda pengenal sebuah kerajaan/negara. Jawabannya adalah, bergantung dengan bukti-bukti lain yang saling menguatkan.

# Mengenai Mahapatih yang termasyhur dengan sumpah Palapa-nya, Gajah Mada, kalau penulisan namanya seperti ini Gaj Ahmada, apa yang ada dibenak Anda? Yah, itu adalah nama yang bercirikan Islam, dan bahkan nama Islam, hal ini persis diyakini oleh para peneliti modern. Untuk kemudahan, kedua penggalan itu dijadikan satu penggalan, 'Gajahmada', bukan Gajah Mada yang bercirikan Sansekerta (Hindu). Menurut sejarawan modern, diyakini ada kesengajaan memenggal nama tersebut agar memperoleh nuansa dan kesan bahwa sang patih adalah seorang Hindu. Kabarnya, di batu Nisan Gaj Ahmada di Mojokerto terdapat tulisan Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah.


# Raden Wijaya, sang pendiri Majapahit merupakan cucu Raja Sunda, Prubu Guru Dharmasiksa yang merupakan ulama' dari tanah Pasundan. Nama bernuansa Hindu dari bahasa Sansekerta yang disandangnya, Kertarajasa Jayawardhana diyakini bukan merupakan kepastian bahwa ia merupakan orang Hindu. Sebab, nama-nama tersebut hanya sebagai bentuk penghormatan belaka. Penggunaan nama-nama Sansekerta bernuansa Hindu kuno bahkan masih sering digunakan oleh masyarakat muslim modern saat ini, seperti Hamengku Buwono, Paku Alam, Hatta Rajasa, dan banyak lagi yang lainnya.

# Pada makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, wali pertama dalam hierarki Wali Songo, penyebar Islam di Bumi Jawa, terdapat testimoni bahwa ia merupakan Qadhi (Hakim) Kerajaan Majapahit.


Jika dilihat dari rentang waktu kejadian, kemungkinan Majapahit sebagai Kesultanan Islam juga bukanlah hal yang mustahil terjadi. Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7. Bukti sejarahnya terdapat di sebuah kota pesisir kuno bernama Barus, Sumatra Utara. (tentang Barus, InsyaAllah akan dibahas di artikel khusus)

Bukti arkeologi lainnya mengenai masa kedatangan Islam ke Bumi Pertiwi adalah pada tahun 1082 ditemukan batu nisan Fatimah binti Maimun di Gresik, Jawa Timur. Sedangkan, Majapahit sendiri baru berdiri pada abad ke-13. Bayangkan apa yang bisa terjadi dalam rentang waktu 300 tahun? Sinar Islam telah menerangi nusantara begitu lama. Jadi, tidak aneh jika sinar itu juga menyinari langit Majapahit di kawasan Mojokerto yang cukup dekat dengan Gresik, Jawa Timur. Seorang peneliti dari Monash University, Australia, MC. Rickfels mengungkapkan hasil penelitiannya pada makam-makam peninggalan Majapahit di Trowulan. Pada makam-makam yang bertuliskan Arab itu terdapat pahatan tahun 1368. Jadi, apanya yang tidak mungkin?

Pertanyaannya yang muncul kemudian adalah siapa yang dengan sengaja membelokkan sejarah besar itu? Lalu, untuk apa? Ada teori berkembang yang mengatakan bahwa penjajah Belanda-lah yang menjadi konseptor pengalihan kebenaran fakta Majapahit tersebut. Motifnya adalah memberikan pemahaman bahwa Kerajaan Majapahit yang menjadi kebanggaan rakyat Indonesia adalah kerajaan Hindu yang kemudian didobrak dengan masuknya Islam. Kesan yang ingin dimunculkan bahwa Islam baru masuk belakangan ke tanah Majapahit, dan merusak tatanan kerajaan yang sudah makmur. Wallahu a'lam bish shawab...
anti-CoPas